MANAJEMEN
KONFLIK ORGANISASI
Setiap hari, setiap organisasi menghadapi konflik -
konflik. konflik - konflik tidak dapat dihindari, tetapi konflik memungkinkan
untuk diatur . konflik dibutuhkan untuk
mempertahankan kelangsungan sebuah organisasi. Jika kita dalam menangani
konflik kita melakukan aksi yang tepat, konflik ini akan mengatur organisasi. Salah satu yang lebih penting dalam faktor
penentu produktivitas , efesiensi dan pelaksanaan dan yang terakhir kepuasan
pekerjaan juga sebagai variabel bebas dalam perilaku organisasi.
Manajemen adalah proses pencapaian tujuan dalam
organisasi – organisasi tersebut. Tugas ini dilaksanakan oleh manajer dengan
membuat keputusan, mengalokasikan sumber daya dan mengarahkan kegiatan anak
buahnya untuk mencapai sasaran[1].
Menurut industrial Prancis bernama Henry Fayol bahwa semua manajer manjalankan
lima fungsi manajemen yaitu :
1.
Perencanaan
yaitu proses yang mencakup penentuan sasaran, penentuan strategi dan
pengembangan rencana untuk mengatur kegiatan
2.
Pengorganisasian
yaitu proses menentukan tugas - tugas apa yang akan dilakukan siapa yang akan
melakukannya, bagaimana tugas - tugas tersebut dikelompokkan, siapa melapor
kepada siapa dan dimana keputusan akan diambil.
3.
Kepemimpinan
yaitu fungsi yang mencakup memotivasi karyawan, mengarahkan orang lain, memilih
jalur komunikasi yang paling efektif dan menyelesaikan konflik - konflik.
4.
Pengendalian
yaitu memantau kegiatan - kegiatan untuk menjamin kegiatan - kegiatan itu
dicapai sesuai dengan rencana dan memperbaiki setiap penyimpangan yang
signifikan.
Konflik
adalah proses yang dimulai ketika satu pihak menganggap pihak lain secara
negatif mempengaruhi, atau akan secara negatif mempengaruhi, sesuatu yang
menjadi keperdulian pihak pertama[2]. Menurut Luthans (1981) konflik
adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling
bertentengan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia. Istilah
konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan
pendapat, persaingan dan permusuhan. pandangan tradisional menyatakan bahwa konflik itu
harus dihindarkan, karena konflik itu menandakan adanya kesalahan fungsi (
disfungsi ) dalam kelompok/ organisasi. konflik dilihat sebagai hasil
disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya keterbukaan dan
kepercayaan antara orang - orang dalam organisasi tersebut dan kegagalan para
manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi para karyawan mereka.
Pandangan ini mengatakan bahwa semua konflik itu buruk. Pandangan yang lain
mengenai konflik adalah pendangan hubungan manusia. Pandangan hubungan manusia
menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam semua kelompok
dan organisasi. kerna konflik itu bersifat tidak terelakkan, aliran hubungan
manusia mengajurkan penerimaan konflik. konflik tidak dapa dihindarkan dan
bahkan ada kalanya konflik bermanfaat bagi kinerja kelompok. Ada juga pandangan
yang menyatakan bahwa konflik tersebut tidak hanya menjadi kekuatan yang
positif dalam kelompok namun konflik juga sangat diperlukan agar kelompok
mempunyai kinerja yang efektif. pandangan ini disebut padangan interaksionis.
pendekatan interaksionis mendorong konflik atas dasar bahwa kelompok yang
kooperatif, tenang, damai dan serasi cenderung menjadi statis, apatis dan tidak
tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi [3]. oleh
karena itu sumbangan utama dari adanya konflik adalah mendorong pemimpin
kelompok mempertahankan tingkat konflik minimum berkelanjutan sehingga kelompok
itu dapat bertahan hidup, kritis terhadap dirinya sendiri dan kreatif.
Organisasi adalah unit sosial yang dengan sengaja
diatur, terdiri atas dua orang atau lebih, yang berfungsi secara relative terus
menerus untuk mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama[4].
Berdasarkan basis definisi tersebut, perusahaan manufaktur dan jasa adalah
organisasi, demikian pula sekolah, rumah sakit, gereja, satuan militer, took
ritel, Polri, dan badan – badan pemerintahan yang lain yang bersifat lokal
maupun nasional
Konflik di dalam organisasi adalah suatu keadaan di
mana dua orang anggota organisasi atau
lebih tidak dapat bersetuju / bersepaham ( menyetujui / memahami ) mengenai
sesuatu hal. Berdasarkan pengertian di atas dapat dapat diambil
suatu definisi bahwa manajemen konflik organisasi adalah suatu proses untuk
mengolah dan memanfaatkan konflik dalam mencapai tujuan dalam satu organisasi.
Atau Manajemen Konflik adalah penggunaan teknik - teknik resolusi dan stimulasi
untuk meraih level konflik yang diinginkan [5].
PIHAK - PIHAK YANG BERPERAN DALAM TERCIPTANYA KONFLIK
Pihak - pihak
yang berperan dalam terciptanya konflik yang terjadi di dalam suatu organisasi
dilihat dari mana konflik tersebut berada :
1.
Internal
a.
Pemimpin
Pemimpin dapat berupa manajer atau dewan direksi yang
melalui kekuasaannya yang dapat menentukan kebijakan
b.
Anak
buah/ bawahan
2.
Eksternal
ada banyak
faktor yang dapat mengakibatkan konflik yang berasal dari faktor eksternal ini
yaitu :
a.
keluarga
keluarga secara
tidak langsung akan memberikan sumbangan untuk terjadi konflik yang ada di
dalam organisasi
b.
masyarakat
c.
organisasi
lain
Sumber - sumber atau penyebab - penyebab dari konflik
yang terjadi di organisasi sangat banyak dan bervariasi. Penyebab yang paling
sering terjadi adalah sebagi berikut :
a.
kelangkaan
sumber daya yang ada ( keuangan, perlengkapan, fasilitas, dan sebagainya )
b.
Perbedaan
tingkah laku, nilai atau persepsi
c.
Perbedaan
tentang kebutuhan, tujuan, prioritas dan minat
d.
komunikasi
yang terbatas
e.
kurangnya
kerjasama tim
f.
kurangnya
kejelasan dalam peranan dan tanggung jawab
Dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor intern dan
faktor ekstern.
Dalam faktor
intern dapat disebutkan beberapa hal :
a.
Kemantapan organisasi
Organisasi yang telah mantap
lebih mampu menyesuaikan diri sehingga tidak mudah terlibat konflik dan mampu
menyelesaikannya. Analoginya adalah seseorang yang matang mempunyai
pandangan hidup luas, mengenal dan menghargai perbedaan nilai dan
lain-lain.
b.
Sistem nilai
Sistem nilai suatu organisasi
ialah sekumpulan batasan yang meliputi
landasan maksud dan cara berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau benar.
landasan maksud dan cara berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau benar.
c.
Tujuan
Tujuan suatu organisasi dapat
menjadi dasar tingkah laku organisasi itu
serta para anggotanya.
serta para anggotanya.
d.
Sistem lain dalam organisasi
Seperti sistem komunikasi,
sistem kepemimpinan, sistem pengambilan
keputusan, sisitem imbalan dan lain-lain. Dlam hal sistem komunikasi
misalnya ternyata persepsi dan penyampaian pesan bukanlah soal yang mudah.
keputusan, sisitem imbalan dan lain-lain. Dlam hal sistem komunikasi
misalnya ternyata persepsi dan penyampaian pesan bukanlah soal yang mudah.
Sedangkan faktor
ekstern meliputi :
a.
Keterbatasan sumber daya
Kelangkaan suatu hal yang dapat
menumbuhkan persaingan dan seterusnya dapat berakhir menjadi konflik.
b.
Kekaburan aturan/norma di masyarakat Hal ini memperbesar peluang
perbedaan persepsi dan pola bertindak.
perbedaan persepsi dan pola bertindak.
c.
Derajat ketergantungan dengan pihak lain Semakin tergantung satu
pihak
dengan pihak lain semakin mudah konflik terjadi.
dengan pihak lain semakin mudah konflik terjadi.
d.
Pola interaksi dengan pihak lain Pola yang bebas memudahkan
pemamparan
dengan nilai-nilai ain sedangkan pola tertutup menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri. Penanganan Konflik Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik.
dengan nilai-nilai ain sedangkan pola tertutup menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri. Penanganan Konflik Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik.
Macam – macam konflik
a.
Substantive
konflik adalah ketidak sesuaian paham tetang tujuan - tujuan, alokasi sumber -
sumber daya, distribusi imbalan - imbalan, kebijaksanaan, prosedural serta
penugasan pekerjaan.
b.
Emotional
konflik adalah konflik yang timbul karena perasaan perasaan marah,
ketidakpercayaan, ketidaksenangan, takut dan sikap menentang, maupun bentrokan-
bentrokan kepribadian.
Menurut
James A.F.
Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik
yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu
dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.
yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu
dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.
a.
Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah
konflikseseorang dengan dirinya sendiri.
Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan
yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan
yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
1)
Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing.
2)
Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu
terlahirkan.
3)
Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara
dorongan dan tujuan.
4)
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang
menghalangi
tujuan tujuan yang diinginkan.
tujuan tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya
acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik
intrapersonal yaitu :
1)
Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan
pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
2)
Konflik pendekatan - penghindaran, contohnya orang
yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
3)
Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan
pada satu hal yang mempunyai nilai
positif dan negatif sekaligus.
4)
Konflik pendekatan - pendekatan multiple,
contohnya orang yang dihadapkan pada lebih dari dua pilihan yang sama - sama
menarik
b.
Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah
pertentangan antar seseorang dengan orang lain
karenapertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara
dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik
interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari
beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses
pencapaian tujuan organisasi tersebut.
karenapertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara
dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik
interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari
beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses
pencapaian tujuan organisasi tersebut.
c.
Konflik antar individu - individu dan kelompok-kelompok.
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk
mencapai konformitas, yang ditekankan
kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
d.
Konflik antar kelompok
Konflik antara kelompok dalam
organisasi yang sama Konflik ini merupakan
tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik
antar lini dan staf, pekerja dan pekerja - manajemen merupakan dua macam
bidang konflik antar kelompok.
tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik
antar lini dan staf, pekerja dan pekerja - manajemen merupakan dua macam
bidang konflik antar kelompok.
e.
konflik antar organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi
dimana Amerika Serikat dan negara-negara
lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut
dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah
menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut
dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah
menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
Proses konflik
proses konflik dapat dilihat terdiri atas lima tahap
yaitu potensi oposisi atau ketidakcocokan, kognisi dan personalisasi, maksud (
niat ), perilaku dan hasil.
a.
Tahap
1 : potensi oposisi atau ketidakcocokan
Tahap pertama dalam proses konflik adalah adanya
kondisi ( syarat ) yang menciptakan kesempatan untuk kemunculan konflik itu.
kondisi itu tidak selalu langsung mengarah ke konflik, tetapi salah satu
kondisi itu perlu agar konflik itu muncul. potensi konflik itu dibagi dalam 3 (
tiga ) kategori umum : variabel komunikasi, struktur dan pribadi.
1)
Komunikasi
komunikasi menyatakan kekuatan - kekuatan berlawanan
yang timbul dari dalam kesulitan semantik, kesalahpahaman dan "
kebisingan" dalam saluran komunikasi. Terlalu banyak maupun terlalu sedikit
informasi dapat menjadi dasar untuk konflik. Saluran yang dipilih untuk
berkomunikasi dapat berpengaruh merangsang oposisi. proses penyaringan yang
terjadi ketika informasi disampaikan para anggota dan penyimpangan komunikasi
dari saluran formal atau yang sudah ditetapkan sebelumnya, menawarkan potensi
kesempatan bagi timbulnya konflik.
2)
Struktur
Struktur yang dimaksud disini adalah adalah mencakup
variabel seperti ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan ke
anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggota atau sasaran, gaya
kepemimpinan, sistem imbalan dan derajat ketergantungan antara kelompok. Sumber
konflik yang berasal dari struktur suatu organisasi, misalnya:
1)
Ambiugitas
dalam mendifinisikan secara cermat letak tanggung jawab tindakan
2)
Kelompok
- kelompok dalam organisasi mempunyai sasaran yang berlainan
3)
adanya
gaya kepemimpinan dari manajer yang tertutup, dan sebagainya.
3)
Pribadi
Faktor pribadi
merupakan sistem nilai individu setiap orang dan karakteristik kepribadian yang
menyebabkan idiosinkrasi dan perbedaan individu. faktor ini menjelaskan adanya
perbedaan sistem nilai dari seorang individu terhadap indinidu yang lain. Hal
inilah yang menyebabkan adanya prasangka, ketidaksepakatan mengenai sumbangan
seseorang ke kelompok dan imbalan yang layak diterimanya dan penilaian atas
sesuatu barang atau perbuatan.
b.
Tahap
2 : Kognisi dan personalisasi
1)
Konflik
yang dipersepsikan
kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya kondisi
yang menciptakan peluang terjadinya konflik. Persepsi adalah proses dimana
individu mengatur dan menginterprestasikan kesan - kesan sensoris mereka guna
memberikan arti lingkungan mereka[6] atau
proses mengetahui atau mengenali obyek atau kejadian obyektif dengan bantuan
indera[7]. Persepsi ini akan melahirkan nilai berupa
positif atau negatif
2)
Konflik
yang dirasakan
Keterlibatan emosional pada saat konflik yang
menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi atau kekerasan. Emosi memainkan
peran dalam utama dalam pembentukan persepsi.
c.
Tahap
3 : maksud (niat)
Maksud dipisahkan sebagai tahap yang berbeda agar
mengetahui cara menanggapi perilaku orang lain tersebut. Maksud adalah
keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu[8].
Maksud ini dapat kita lakukan pengkajian
dengan menggunakan dua cara yaitu :
1)
Kekooperatifan
adalah sejauh mana salah satu pihak berupaya memuaskan salah satu pihak
2)
Ketegasan
( assertiveness ) adalah sejauh mana satu pihak berupaya memenuhi
kepentingannya sendiri.
Dengan menggunakan
pengkajian ini dapat diidentifikasikan lima maksud penanganan konflik yaitu[9] ;
1)
Persaingan
( tegas dan tidak kooperatif )
keinginan memuaskan
kepentingan seseorang, tidak memperdulikan dampak pada pihak lain dalam konflik
tersebut. Tindakan ini
dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di
atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika
situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang - kalah (win-win solution) akan terjadi disini. Pihak yangkalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang
berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan -bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.
atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika
situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang - kalah (win-win solution) akan terjadi disini. Pihak yangkalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang
berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan -bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.
2)
Kolaborasi
( tegas dan kooperatif )
situasi yang di dalamnya pihak - pihak yang berkonflik
sepenuhnya saling memuaskan kepentingan semua pihak. Menciptakan situasi menang-menag
dengan saling bekerja sama. Pilihan
tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadai hal yang harus kita pertimbangkan.
tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadai hal yang harus kita pertimbangkan.
3)
Penghindaran
( tidak tegas dan tidak kooperatif )
keinginan untuk menarik diri dari atau menekan konflik.
Tindakan ini dilakukan jika
salah satu pihak menghindari dari situsasi
tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah
menunda konflik yang terjadi. Situasi menag kalah terjadi lagi disini.
Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena rasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah
menunda konflik yang terjadi. Situasi menag kalah terjadi lagi disini.
Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena rasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
4)
Akomodasi
( kooperatif dan tidak tegas )
kesediaan satu pihak
dalam konflik untuk memperlakukan kepentingan pesaing di atas kepentingan
sendiri. Yaitu jika kita
mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan
dari situasi konflik itu. Disebut juga
sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.
sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.
5)
Kompromi
( kisaran tengah dalam hal ketegasan dan kekooperatifan )
satu situasi yang di
dalamnya masing - masing pihak yang berkonflik bersedia mengorbankan sesuatu. Tindakan ini dapat dilakukan jika
ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal
tersebut sama - sama penting dan hubungan baik menjadi yang uatama.
Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution).
tersebut sama - sama penting dan hubungan baik menjadi yang uatama.
Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution).
Dengan pengembalian yang cukup
senang, pimpinan dapat cepat mengenal,
mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap
positif dan kemampuan kepemimpianannya, seorang pimpinan akan dapat
mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri.
mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap
positif dan kemampuan kepemimpianannya, seorang pimpinan akan dapat
mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri.
TINGGI
|
KETEGASAN/
ASSERTIVENESS
|
LIMA
MACAM GAYA MANAJEMEN KONFLIK
|
TINGGI
|
KEKOOPERATIFAN
|
AKOMODASI
|
PENGHINDARAN
|
KOMPROMI
|
KOLABORASI
|
PERSAINGAN
|
RENDAH
|
d.
Tahap
4 : Perilaku
Perilaku konflik ini biasanya secara terang - terangan
berupaya melaksanakan maksud - maksud setiap pihak. Tetapi perilaku - perilaku
ini mempunyai ciri perangsang yang terpisah dari maksud. sebagai hasil salah
perhitungan atau tindakan yang tidak terampil, kadangkala perilaku terang -
terangan menyimpang dari maksud - maksud yang awal[10].
sebagai contoh seorang karyawan leasing motor bagian pemasaran yang tugasnya
memcari konsumen dan ketika mengajukan ke bagian surveyor, surat pengajuan
kredit motor dari customernya tersebut ditolak oleh surveyor tersebut. intensitas
konflik meningkat bila bergerak naik sepanjang kontinuum itu sampai intensitas
yang desturktif misalnya, terjadi pemukulan terhadap sang surveyor tersebut.
KONTINUM
INTENSITAS KONFLIK
|
konflik
pemusnah
|
|
upaya
terang - terangan untuk menghacurkan pihak lain
|
|
|
serangan
fisik yang agresif
|
|
|
ancaman
dan ultimatum
|
|
|
serangan
verbal yang tegas
|
|
|
pertanyaan
atau tantangan terang -terangan terhadap pihak lain
|
|
|
ketidaksepakatan
atau salah paham kecil
|
tiada
konflik
|
|
|
e.
Tahap
5 : Hasil
Konflik di dalam organisasi adalah suatu keadaan di
mana dua orang anggota organisasi atau
lebih tidak dapat bersetuju / bersepaham ( menyetujui / memahami ) mengenai
sesuatu hal. Jalinan antara pihak - pihak yang berkonflik menghasilkan
konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat bersifat fungsional, dalam arti konflik
itu menghasilkan perbaikan kinerja kelompok dan konsekuensi disfungsional
artinya menghasilkan rintangan dalam kinerja kelompok[11].
1)
Hasil
bersifat fungsional
konflik bersifat konstruktif bila konflik itu
memperbaiki kualitas keputusan, merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong
perhatian dan keingintahuan di kalangan anggota kelompok, menjadi saluran yang
merupakan penyelesaian masalah dan peredaan ketegangan dan memupuk lingkungan
evaluasi diri serta perubahan. konflik menentang status quo dan oleh karena itu
meneruskan pada penciptaan gagasan - gagasan / ide - ide baru, mendorong
pelaksanaan review terhadap sasaran dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapainya
serta meningkatkan daya tahan kelompok dalam menanggapi setiap perubahan yang
terjadi.
2)
Hasil
yang bersifat disfungsional
konflik yang bersifat destruktif pada kinerja kelompok
atau organisasi misalnya : oposisi yang tidak terkendali, memunculkan ketidakpuasan,
bertindak menghilangkan ikatan bersama dan akhirnya mendorong kepada
penghancuran kelompok tersebut. Pembubaran kelompok / organisasi adalah akibat
yang terburuk dari hasil konflik disfungsional ini.
|
KONDISI-KONDISI ANTESEDEN
·
Ambiguitas peranan
·
Sumber-sumber daya
langkah
·
Tugas-tugas yang
interdependen
·
Penghalang-penghalang
terhadap komunikasi
·
Perbedaan-perbedaan
individual
·
Konflik-konflik yang
belum terselesaikan
|
|
KONFLIK YANG DIBAYANGKAN
|
KONFLIK YANG DIRASAKAN
|
|
|
KONFLIK YANG MEMANIFESTASI DIRI
|
|
PEMECAHAN/PENYELESAIAN KONFLIK
ATAU PENEKANAN KONFLIK
|
|
HASIL SESUDAH KONFLIK
|
II. Akibat terjadinya konflik
a.
Konflik destruktif menimbulkan kerugian bagi
individu atau individu dan atau organisasi
atau arganisasi-organisasi yang terlibat didalamnya.
b.
Konflik kontruktif justru menyebabkan timbulnya
keuntungan-keuntungan dan bukan kerugian-kerugian bagi individu (atau
individu-individu) dan atau organisasi (atau organisasi-organisasi yang
terlibat didalamnya.
III. Keputusan penanganan konflik
Ada beberapa cara untuk menangani konflik antara lain :
a.
Introspeksi diri
Bagaiman kita biasanya
menghadapi konflik ? Gaya pa yang biasanya digunakan? Apa saja yang menjadi dasar dan
persepsi kita. Hal ini penting untuk dilakukan sehingga kita dapat
mengukur kekuatan kita. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik
semakin besar jika kita melihat konflik yang terjadi dari semua
sudut pandang.
b.
Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat.
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak yang
terlibat. Kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka
miliki, bagaimana nilai dan sikap mereka atas konflik tersebut dan apa
perasaan mereka atas terjadinya konflik.
c.
Identifikasi sumber konflik
Seperti dituliskan di atas,
konflik tidak muncul begitu saja. Sumber konflik
sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah
kepada sebab konflik.
sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah
kepada sebab konflik.
d.
Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada
dan
memilih yang tepat.
memilih yang tepat.
IV. Langkah – langkah penyelesaian konflik organisasi
Kemampuan
menangani konflik tentang terutama yang menduduki jabatan
pimpinan. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu
negatif terhadap organisasi. Ada beberapa pilihan langkah yang dapat dipilih dalam menyelesaikan suatu konflik yang ada dalam suatu organisasi yaitu :
pimpinan. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu
negatif terhadap organisasi. Ada beberapa pilihan langkah yang dapat dipilih dalam menyelesaikan suatu konflik yang ada dalam suatu organisasi yaitu :
a.
Perundingan
secara kolektif
Perundingan atau negosiasi adalah sebagai proses
dimana dua pihak atau lebih bertukar barang dan jasa serta berupaya menyepakati
nilai tukar barang dan jasa tersebut[12]. Terdapat
dua pendekatan umum atas perundingan[13]
yaitu :
1)
Tawar
- menawar distributif
cirinya yang paling khas adalah bahwa tawar - menawar
itu berjalan pada kondisi menang - kalah, artinya setiap apa yang didapatkan
adalah atas pengorbanan salah satu pihak. Jadi hakiki dari tawar - menawar distributif
adalah perundingan mengenai siapa mendapat seberapa besar bagian dari kue yang
tetap.
2)
Tawar
- menawar integratif
Perundingan yang mencari satu penyelesaian atau lebih
yang dapat menciptakan penyelesaian menang - menang. dari segi perilaku organsasi,
jika semua berada pada posisi yang sama, tawar - menawar integratif lebih
disenangi daripada tawar - menawar distibutif. Alasannya karena :
a)
Membina
hubungan jangka panjang
b)
Mempermudah
kerjasama di masa depan
c)
Mengikat
para perunding dan meninggalkan meja perundingan dengan merasa mendapatkan
kemenangan
yang terjadi pada
tawar - menawar distributif adalah sebaliknya.
Agar tawar - menawar
integratif ini bisa terwujud, dibutuhkan keterbukaan dari pihak - pihak yang
melakukan perundingan terhadap informasi dan kejujuran mengenai kepentingan
mereka; kepekaan kedua pihak terhadap kebutuha pihak lain; kemampuan saling
mempercayai dan kesediaan kedua pihak memelihara keluwesan.
Bargaining
Characteristic
|
Available
rescources
|
Primary motivations
|
Primary interests
|
Focus of
relationships
|
Distributive
Charateristic
|
Fixed amount of
Resources to be
divided
|
I win, you lose
|
Opposed to each
other
|
Short term
|
Integrative
Characteristic
|
Variable amount of
Resources to be
divided
|
Iwin you win
|
Convergent or congruent
With each other
|
Long term
|
Distributive vs Integrative Bargaining
|
|
|
b.
Proses
Perundingan
1)
Persiapan
dan perencanaan
Sebelum memulai perundingan sebaiknya mulai merumuskan
konflik yang terjadi sebenarnya meliputi :
a)
Apakah
sifat dasar konflik itu ?
b)
Bagaimana
sejarah yang memicu perundingan ini ?
c)
Siapa
yang terlibat dan bagaimana mereka mempersepsikan konflik itu ?
d)
Apa
yang diinginkan dari perundingan itu ?
e)
Apakah
sasaran dari perundingan itu ?
2)
Definisi
aturan - aturan Dasar
Setelah
menyelesaikan perencanaan dan menyusun strategi, kita harus menetapka aturan -
aturan dasar dan prosedur dengan pihak lain mengenai perundingan itu sendiri,
meliputi :
a)
Siapa
yang akan melakukan perundingan ?
b)
Dimana
akan diadakan ?
c)
Apakah
waktu akan menjadi kendala ?
3)
Penjelasan
dan pembenaran
Bila pendirian awal telah dipertukarkan, pihak - pihak
akan saling menerangkan, menegaskan, memperjelas, memperkuat dan membenarkan
permintaan asli anda. Inilah titik dimana pihak - pihak mungkin berkeinginan
memberikan setiap catatan yang mendukung posisi masing - masing pihak.
4)
Tawar
- menawar dan pemecahan masalah
Hakikat proses perundingan
adalah proses aktual memberi dan menerima sebagai upaya memperbincangkan
persetujuan.
5)
Penutupan
dan pelaksanaan
Langkah terakhir dalam proses perundingan adalah
memformalkan persetujuan yang telah diwujudkan dan menyusun setiap prosedur
yang diperlukan untuk pelaksanaan dan pemantauan. Penutupan proses perundingan
tidak lebih formal daripada jabat tangan.
Proses Perundingan
|
Persiapan dan perencanaan
|
Definisi aturan
dasar
|
Penjelasan dan pembenaran
|
Tawar menawar dan pemecahan maaslah
|
Penutupan dan pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
c.
Perundingan
Pihak Ketiga
Individu atau kelompok kadang - kadang mencapai jalan
buntu dan tidak mampu menyelesaikan perbedaan mereka melalui perundingan
langsung, mereka dapat menggunakan pihak ketiga untuk menemukan penyelesaian.
1)
Mediator
Pihak ketiga yang netral memfasilitasi penyelesaian
perundingan dengan menggunakan penalaran, bujukan dan saran - saran alternatif.
2)
Arbitrator
Pihak ketiga yang mempunyai kewenangan memaksakan
kesepakatan. Kelebihan arbitrasi dibanding mediasi adalah bahwa arbitrasi
selalu menghasilkan penyelesaian. Otoritas atas wewenang arbitrator itu
beraneka menurut aturan yang ditentukan oleh para perunding.
3)
Konsiliator
Pihak ketiga yang
terpercaya yang memberikan jalur hubungan komunikasi informal antara pihak -
pihak yang berunding. perujukan digunakan secara lebih luas dalam sengketa
internasional, perburuhan, keluarga dan komunitas.
4)
Konsultan
Pihak ketiga yang trampil dan tidak berat sebelah yang
berupaya memudahkan pemecahan masalah melalui komunikasi dan analisis yang
dibantu dengan pengetahuannya mengenai manajemen konflik. konsultan tidaklah
untuk menyelesaikan persoalan tetapi lebih kepada perbaikan hubungan antara
pihak - pihak yang bekonflik sehingga mereka dapat mencapai penyelesaian
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Organizational Behavior, Mc Graw Hill, Singapore, 1981
2. Miftah Thoha. Kepemimpinan dalam Manajemen. PT.Raja Grafindo
Persada,
Jakarta, 1993.
Jakarta, 1993.
3. Munandar AS. Manajemen Konflik dalam Organisasi , dalam Seminar
Strategi
Pengendalian Konflik dalam Organisasi, Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, Jakarta, 987
Pengendalian Konflik dalam Organisasi, Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, Jakarta, 987
4. Robbins, SP. Organizational Behaviour ; edisi kesepuluh, Jakarta,
PT. Indeks kelompok Gramedia, 2006.
5. Winardi. Manajemen Konflik (Konflik Perubhan dan Pengembangan),
Mandar
Maju, 1994
Maju, 1994
6.
Conflict
Management, http://www.etu.org.za/toolbox/index.html, 2008
[1]
Lihat buku “ perilaku
organisasi ( terjemahan dari buku asli organizational behavior) ”, Stephen P.
Robbins, cetakan kesepuluh, 2003, hal 4
[2]
ibid hal 546
[3]
S. Lohr," IBM Chief
Gerstner Recalls Diffcult Days at Big Blue, " New York Time, 31 Juli 2001,
hal C5.
[4]
Ibid hal 4
[5]
ibid, hal 556
[6]
Lihat buku, " perilaku
organisasi", Stephen P Robbins dan Timothy A Judge
[7]
lihat kamus lengkap Psikologi,
JP Chalin
[8]
Thomas," Conflict and
Negotiation Process in Organization"
[9]
ibid
[10]
ibid
[11]
Ibib, Hal 557
[12]
J.A. Wall, Jr, Negotiation :
Theory and practice ( Glenview, IL :Scot, Foresman, 1985 ).
[13]
ibid hal 562